LAPORAN
BACAAN

Nama :
Dermas Takela
Nim : 3634.32
Prodi : Theologi
Mata Kuliah : PPPB I
Dosen Pengajar : Veroska Teintang, M.Pd.K
Judul
Buku : Inijl Matius
Sebagai Cerita
Pengarang
: Jack Dean Kingsbury
Penerbit
: Bpk Gunung Mulia.
Jumlah
hal. : 216.
-Cet.
: ke-3
Jakarta, 2004
ISBN
: 979-415-822-4
Klafisikasi
: 226.206
Sekolah Tinggi Tehologi
“IKAT”
2014
Dari buku yang
telah saya baca yaitu, buku yang berjudul “Injil
Matius sebagai Cerita” pengarangnya adalah Jack Dean Kingsbury dapat saya laporkan sebagai berikkut:
Injil Matius
Injil Matius adalah satu di antara empat Injil Perjanjian Baru .
Injil secara tradisi disalin dalam urutan dengan Matius terlebih dulu, disusul
dengan Markus, Lukas dan Yohanes. Bersama-sama
Injil Markus dan Lukas, Injil ini digolongkan Injil sinoptis.
Kitab Matius
mempunyai amanat tentang "Kabar Baik" (injil; bahasa Inggris: gospel) bahwa Yesus
adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Tuhan, ini dapat
terlihat melalui contoh Doa Bapa Kami. Melalui Kerajaan Allah inilah Yesus
Kristus akan memulihkan kondisi Bumi dan kehidupan umat manusia. Oleh karena
itu, hal inilah yang akan menjadi kesaksian bagi semua bangsa, barulah
akhir sistem dunia ini berakhir . Melalui Yesus itulah Tuhan menepati apa yang
telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada
umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup
sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi
saja melainkan untuk seluruh dunia.
Latar Belakang
Jika Injil Markus ditulis untuk
orang Romawi dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua
orang percaya bukan Yahudi, maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya
bangsa Yahudi.
Latar Belakang Yahudi dari Injil ini
tampak dalam banyak hal, termasuk:
- ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat Perjanjian Lama (PL)
untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang
sudah lama dinantikan;
- hal merunut garis silsilah Yesus, bermula dari Abraham (Matius 1:1-17);
- pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah
"Anak Daud" (Matius 1:1; Mat 9:27; Mat
12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti
"Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah")
sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama
Allah secara langsung, dan
- petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa
memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang
lain).
Sekalipun
demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus
sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta
dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (misalnya Matius 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat
13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20). Secara umum, kitab ini bertemakan Yesus, Raja
Mesianis.
Waktu penulisan dan Tema
Dalam Injil ini
hanya terdapat sedikit fakta yang dapat menunjukkan kapan tulisan ini dibuat;
sehingga tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Beberapa
ahli konservatif memiliki alasan kuat untuk memperkirakan bahwa ia ditulis
sebelum Yerusalem dihancurkan,
antara tahun 60 sampai 65, ketika Matius berada di Palestina atau Antiokia di Siria, meskipun ada
pakar liberal yang memperkirakan antara tahun 180 dan 200. Semua ahli
sepakat bahwa tulisan-tulisan Ignatius merujuk, namun
tidak mengutip langsung Injil Matius, yang berarti Injil ini sudah selesai
ditulis pada awal abad ke-2 Masehi.
Penemuan
naskah-naskah papirus, "The Oxford Papyri", oleh Prof. Casten Peter
Thiede, memberi bukti kuat bahwa Injil Matius ditulis sebelum tahun 65 M. Di
antara naskah-naskah tersebut ditemukan 3 lembar yang berisi ayat-ayat dari Injil Matius pasal 26, tentang
pengurapan Yesus di rumah
Simon, orang lepra di Betania, dan
pengkhianatannya oleh Yudas Iskariot. Di antara
naskah-naskah itu juga ditemukan surat dari seorang petani bernama Harmiysis
yang mengajukan banding pada pengadilan Romawi untuk menambah jumlah ternaknya
dengan menyebut tanggal "tahun ke-12 kaisar Nero, Epeieph
30." atau pada penanggalan Gregorian, 24 Juli 65/66 M.
Bahasa penulisan
Catatan para bapa gereja
mengindikasikan bahwa Injil Matius awalnya ditulis dalam bahasa Aram/bahasa Ibrani, yaitu bahasa
sehari-hari pada zaman itu di Israel, dengan tulisan Ibrani. Kemudian
Matius juga membuat terjemahan bahasa Yunani yang dikenal
saat ini.
- Pada tahun 130-an, Papias, uskup di Hieropolis di
Asia Minor, menulis, "Matius menyusun perkataan-perkataan-Nya [Tuhan]
dalam bahasa Aram, dan setiap orang menerjemahkannya sebisanya"
- Sekitar tahun 180 Irenaeus dari
Lyons menulis bahwa:
Maka Matius menerbitkan suatu
Injil tertulis di antara orang-orang Ibrani dalam bahasa dialek mereka,
sementara Petrus dan Paulus mengabarkan (Injil) di Roma dan meletakkan dasar Gereja. Setelah keberangkatan (kematian) mereka, Markus, murid dan penerjemah Petrus, juga menyerahkan kepada kita dalam
tulisan apa yang dikotbahkan Petrus. Juga Lukas, teman seperjalanan Paulus,
mencatat dalam satu kitab, Injil yang disampaikan kepadanya. Setelahnya, Yohanes, murid Tuhan, yang pernah pula bersandar di dada-Nya, menerbitkan
sendiri sebuah Injil selama Ia tinggal di Efesus di Asia.
- Beberapa waktu setelah tahun 244 peneliti Kitab
Suci, Origen menulis,
"Di antara empat Injil, yaitu yang tak terbantahkan dalam Gereja
Allah di kolong langit, aku mempelajari dari tradisi bahwa yang pertama
ditulis oleh Matius, yang pernah menjadi pemungut cukai, tetapi kemudian
menjadi rasul Yesus Kristus, dan
[Injil] itu dipersiapkan untuk orang yang beralih kepercayaan (converts) dari Yudaisme dan
menerbitkannya dalam bahasa Ibrani."
- Eusebius sendiri menyatakan bahwa "Matius mulai
dengan mengabarkan (Injil) kepada orang Ibrani, dan ketika ia membulatkan
tekad untuk pergi ke orang-orang (bangsa) lain juga, ia menurunkan
Injilnya sendiri dalam tulisan bahasa asalnya (bahasa
Aram), supaya
bagi mereka yang akan ditinggalkannya kekosongan yang diakibatkan oleh
kepergiannya dapat diisi dengan apa yang ditulisnya." Namun, Eusebius
juga menyatakan bahwa Matius menerjemahkan Injilnya ke dalam bahasa
Yunani: "Karena di satu sisi penginjil Matius menyampaikan Injil
dalam bahasa Ibrani. Di sisi lain, setelah mengubahnya ke dalam bahasa
Yunani, ia mengatakan ‘waktu menjelang fajar pada hari Tuhan, setelah
berakhirnya Sabat.' Jadi, Matius menyebut waktu menjelang fajar hari
Tuhan, ‘setelah berakhirnya Sabat-sabat [jamak]’ bukannya mengatakan ‘sore
hari Sabat’, maupun ‘setelah Sabat [singular]. Selain itu Eusebius juga
menulis:
"Kata-kata,
‘Allahku, sendengkanlah telingamu untukku, mengapa Engkau meninggalkan aku?’
diucapkan pada permulaan Mazmur (Mazmur
22), dicatat oleh Matius sebagai telah dikatakan
oleh Juruselamat kita pada waktu kesengsaraan-Nya: ‘Dan pada jam keenam (jam 12 siang), kegelapan menyelimuti seluruh
bumi sampai jam kesembilan (jam 3 siang), dan pada jam kesembilan Yesus berkata
dengan suara nyaring, Eloim, Eloim, lama sabachthani, dengan kata lain, dapat
diterjemahkan, Allahku, Allahku, mengapa Engkau menginggalkan Aku?’”
Ciri-ciri Injil Matius
Tujuh ciri utama
menandai Injil ini:
- Kitab ini
merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- Ajaran dan
pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara
paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah
mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- Kelima
ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang
mencatat pengajaran Yesus:
- selama
pelayanan-Nya di Galilea dan
- mengenai
hal-hal terakhir (eskatologi).
- Injil ini
secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai
penggenapan Perjanjian
Lama jauh lebih banyak daripada kitab lain di Perjanjian
Baru.
- Kerajaan
Sorga/Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain
di Perjanjian
Baru.
- Matius
menekankan:
- standar-standar
kebenaran dari Kerajaan Allah (Mat 5-7)
- kuasa
kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- kejayaan
kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- Hanya
Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah
yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah
seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang
dinubuatkan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama, yang
sudah lama dinantikan, dan
- untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah
dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah
terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa:
- Hampir semua orang Israel menolak Yesus dan
kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias
yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis (yang akan membebaskan
mereka dari penjajahan Romawi.
- Hanya pada akhir zaman, Yesus akan datang dalam
kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah
semua bangsa.
Injil Matius
sebagai Injil yang pertama kali ditulis
Selama 1500
tahun pertama Kekristenan, Gereja secara mutlak meyakini bahwa keempat Injil
itu dalam sejarahnya ditulis sesuai urutan yang didapati dalam kanon Alkitab:
Matius yang pertama, Markus kedua, Lukas ketiga, dan Yohanes yang terakhir dari
semuanya. Alasan mempercayai bahwa Injil Matius ditulis terdahulu cukup
sederhana: kesaksian dari para saksi kuno yang menegaskan bahwa Injil Matius
yang pertama ditulis dan juga ditulis dalam bahasa Ibrani/Aram. Santo Agustinus menulis
demikian.
"Maka, keempat penulis Injil tersebut yang namanya mendapatkan
penyebaran yang menakjubkan ke seluruh dunia, dan yang jumlahnya telah
ditetapkan hanya empat, ... diyakini telah menulis dalam urutan sebagai
berikut: pertama Matius, kemudian Markus, ketiga Lukas, terakhir Yohanes."
"Dari
keempatnya, jika benar, hanya Matius yang dicatat telah menulis dalam bahasa
Ibrani; yang lain dalam bahasa Yunani. Dan bagaimanapun mereka nampaknya
masing-masing memegang urutan pengisahan tertentu, hal ini tentunya tidak dapat
dianggap bahwa masing-masing penulis memilih untuk menulis dengan mengacuhkan
apa yang telah dilakukan para pendahulunya.”
Ada pula alasan
lain mengapa Matius mungkin merupakan yang pertama menuliskan Injil Kristus -
ia memiliki kertas dan tinta! Para Rasul lain kebanyakan adalah para nelayan.
Matius adalah seorang pemungut cukai, artinya ia merupakan pencatat pembukuan
dan akuntan keuangan. Pada masa di mana penulisan, kertas perkamen, dan tinta
adalah komoditi langka, sangat tepat jika seorang Rasul yang mempunyai akses
pada hal-hal tersebut merupakan yang pertama menuliskan riwayat kehidupan
Kristus.
Keaslian Injil Mathius.
Injil pertama dalam
Perjanjian Baru adalah injil karangan Matius.
Seperti halnya injil-injil lainnya,sering ditegaskan bahwa Matius itu adalah
salah seorang muridnya Yesus.Tetapi tidak ada data atau sumber yang otentik
lagi dipercaya,yang mampu memberikan bukti sejarah yang menyatakan bahwa injil
Matius itu adalah karangan dari seorang Matius yang menjadi salah satu muridnya
Yesus.Keterangan paling jelas mengenai identitas Matius hanya terdapat dalam
pasal 9:9 atau 10:3 , di mana di sana pula kontroversi muncul akibat penyebutan
tokoh Matius seakan-akan sebagai orang kedua diluar penulis. Dalam ayat
tersebut Matius digambarkan sebagai seorang pemungut cukai yang bekerja untuk
kekaisaran Romawi, selanjutnya ia tertarik ajakan Yesus untuk menjadi muridnya (Mat
9 : 9).
Lewi yang kemungkinan
adalah nama lain Matius beberapa kali disebutkan dalam injil sinoptik lain
seperti Lukas atau Markus, tetapi tidak ada keterangan yang menyebutkan bahwa
Yesus pernah mengganti nama Lewi menjadi Matius (artinya “Hadiah dari
Tuhan”),seperti halnya saat ia mengganti nama Simon menjadi Cephas. Tidak ada
alasan bagi Yesus untuk mengubah nama Yahudi murid-Nya menjadi nama Romawi. Yesus
tidak pernah mengganti nama Simon menjadi Petrus, ia menggantinya dengan nama
“Cephas” yang artinya batu. Orang Romawi-lah yang menyebutnya sebagai Peter
atau Petrus. Adalah suatu keganjilan melihat pilihan penulis Injil Matius untuk
lebih memilih menggunakan nama “Matius” alih-alih nama “Lewi” yang lebih
familiar di kalangan Yahudi. Penulis Injil Markus dan lukas yang menunjukan
karyanya bagi orang gentile (romawi) bahkan lebih memilih menggunakan nama
“Lewi” bukanya “Matius” (Markus 2:14, Luk. 5:27).
Sebagai muridnya
Yesus, Matius tentu saja akan terbiasa atau setidaknya tidak akan sembarangan
menggunakan Perjanjian Lama (PL), persoalan akan timbul bila kita memperhatikan
adanya kesalahan dalam perujukannya terhadap Perjanjian Lama dalam karyanya.
Ditambah dengan adanya keparalelan antara Injil Matius dengan Injil Markus
membuat beberapa sarjana beranggapan bahwa Matius hanya menggunakan (bahkan
menjiplak) karya Markus, yang jelas-jelas bukan seorang murid Yesus. Kita patut
mempertanyakan apa gunanya bagi seorang Matius, yang juga seorang murid Yesus,
saat menggunakan sumber Markus yang tidak kompeten karena dihasilkan oleh orang
di luar lingkaran kerasulan (Murid-murid Yesus) ?
Seorang murid Yesus
sebenarnya dapat dengan leluasa menggunakan sumber paling terpercaya yaitu
gurunya sendiri (Yesus) sebagai referensi penulisan yang utama, ia sepatutnya
menjadi seorang sekretaris berjalan yang senantiasa mencatat segala perkataan
maupun perbuatan gurunya tanpa perlu menggunakan sumber lain.
Selain hal-hal di
atas, keterangan mengenai pribadi matius tampaknya tidak diketahui. Beberapa
tradisi mengatakan bahwa Matius menjadi Martir di ethiopia, sedangkan lainnya
mengatakan bahwa ia menjadi Martir di hierapolis. Menurut ephipanus (uskup
cyprus), Matius sang evangelis Martir di hierapolis, sedangkan Matius pengganti
Judas escariot menjadi Martir di ethiopia. Bukan hanya terhadap Matius, keterangan-keterangan
mengenai para penulis Perjanjian Baru (PB), atau bahkan kehidupan
sahabat-sahabat Yesus sangatlah kurang, seakan-akan ada suatu pihak yang
sengaja menutupinya.
Injil ini pada
dasarnya itu adalah anonim, adalah keputusan para bapak gereja awal yang menisbatkan
penulisannya kepada Matius. Bapak gereja awal tertua yang pernah membicarakan
nama Matius adalah papias, dalam karyanya disebutkan mengenai Matius pemungut
cukai yang mengumpulkan perkataan (logia) Yesus dalam bahasa Ibrani.
Pendapatnya ini diriwayatkan kembali oleh
irenaeus, eusebius, dan origen. Kesulitan muncul saat menerjemahkan pernyataan
papias tersebut, apakah Matius benar-benar mengumpulkan perkataan Yesus (logia)
lalu menuliskannya dalam bentuk injil, atau logia tersebut hanya berbentuk
tradisi oral yang biasa digunakan pada pertemuan-pertemuan atau ceramah-ceramah
di kalangan umat Kristen awal ? Walau pernyatan papias mungkin benar, beberapa
sarjana modern belum langsung mempercayainya. Terutama saat papias menyebutkan
bahwa Matius mengumpulkan logia dalam bahasa Ibrani, sedangkan menurut mereka
injil Matius pertama kali ditulis dalam bahasa Yunani. Salah satu kemungkinan
lain adalah adanya perbedaan antara apa yang dibicarakan papias dengan injil Matius
yang ada saat ini. Siapakah yang berani menjamin bahwa karya Matius yang
disebutkan papias seratus persen sama dengan Injil Matius yang ada saat ini?
James Hastings secara tegas mengatakan,bahwa :
“Ibrani atau bukan,tidak ada keraguan dari
pertimbangan-pertimbangan apriori maupun dari bukti internal tentang
injil-injil yang berbahasa yunani.Bahwa telah berlangsung suatu rekaan dari
pihak gereja,tentang suatu injil dalam bahasa ibrani seperti yang kemudian
secara umum diucapkan didaerah yudea.”
Kaum kristen terdahulu yang membaca injil ini
mungkin langsung mempercayai kepenulisan Matius, sedangkan sarjana kristen
modern seperti davidson, julicher dan baljon, tidak ragu-ragu menyangkal
pendapat tradisional tersebut atas dasar berikut :
1. Injil ini terlalu
banyak memuat hal-hal yang bersifat legenda dan mengada-ada seperti kisah
pembantaian anak-anak (Pasal 2), kisah perjalanan Yesus ke Yerusalem yang
mengendarai dua hewan, kepergian Yusuf ke Mesir, kisah fantastis yang menyertai
kematian Yesus (27: 52 ) dan lan-lain.
2. Materi injil ini sangat mirip dengan injil Markus.Dengan
kata lain Matius hanya menulis kembali karya markus dengan sedikit modifikasi,
walaupun kita tentu tidak bisa menutup kemungkinan lain. Hal ini tentu secara
tidak langsung menyebutkan, bahwa penulis injil Matius bukanlah seorang saksi
mata atas kehidupan Yesus. Walaupun Matius tampaknya menggunakan sumber dari Markus
sebagaimana dengan Lukas, tapi tidak selamanya Matius sejalan dengan markus.
3. Penulis injil tidak
menggunakan kata ganti orang pertama yang mengindikasikan bahwa ia bukanlah
saksi mata.Mat 9 : 9 = “Setelah yesus pergi dari situ, ia melihat seorang yang
bernama matius duduk di rumah cukai, lalu ia berkata kepadanya: “Ikutlah aku.”
Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.” Ayat tersebut merupakan satu-satunya
ayat yang memuat kata “Matius”. Melalui penggunaan kata matius didalamnya,
dapat kita simpulkan bahwa penulisnya tidak berbahasa ibrani. Bila ia seorang
yahudi, ia tentu lebih memilih nama “levi” daripada “Matius”. Dan apabila Matius
benar-benar menulis injil ini, redaksi kata dalam ayat tersebut harus diubah
sehingga berbunyi sebagai berikut : “Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat
(ku) duduk di rumah cukai, lalu ia berkata kepada (ku): “Ikutlah aku.” Maka
(aku) berdiri lalu mengikut Dia.” Sayangnya ayat dengan kalimat seperti itu
tidak pernah ada. Apabila sejak awal penulis Injil Matius melakukan hal
tersebut, setidaknya ia tidak akan meninggalkan polemik berkepanjangan mengenai
status penulisan Injilnya.
Kesimpulan
Injil Matius adalah satu di antara empat Injil Perjanjian Baru. Injil ini cerita tentang kabar baik,
melalui Kerajaan
Allah inilah Yesus Kristus akan memulihkan kondisi Bumi dan
kehidupan umat manusia. Oleh karena itu, hal inilah yang akan menjadi kesaksian
bagi semua bangsa, barulah akhir sistem dunia ini berakhir . Melalui Yesus
itulah Tuhan menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya.
Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup
sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi
saja melainkan untuk seluruh dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar