Selasa, 24 November 2015

Laporan Bacaan Injil Matius Dermas

LAPORAN BACAAN

LOGO IKAT.jpg
Nama                      : Dermas Takela
Nim                               : 3634.32
Prodi                            : Theologi
Mata Kuliah                : PPPB I
Dosen Pengajar         : Veroska Teintang, M.Pd.K
Judul Buku                  : Inijl Matius Sebagai Cerita
Pengarang                   : Jack Dean Kingsbury
Penerbit                       : Bpk Gunung Mulia.
Jumlah hal.                  : 216.
-Cet.                              : ke-3 Jakarta, 2004
ISBN                            : 979-415-822-4
Klafisikasi                    : 226.206


Sekolah Tinggi Tehologi “IKAT”
2014
          Dari buku yang telah saya baca yaitu, buku yang berjudul “Injil Matius sebagai Cerita” pengarangnya adalah Jack Dean Kingsbury dapat saya laporkan sebagai berikkut:
Injil Matius
Injil Matius adalah satu di antara empat Injil Perjanjian Baru . Injil secara tradisi disalin dalam urutan dengan Matius terlebih dulu, disusul dengan Markus, Lukas dan Yohanes. Bersama-sama Injil Markus dan Lukas, Injil ini digolongkan Injil sinoptis.
Kitab Matius mempunyai amanat tentang "Kabar Baik" (injil; bahasa Inggris: gospel) bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Tuhan, ini dapat terlihat melalui contoh Doa Bapa Kami. Melalui Kerajaan Allah inilah Yesus Kristus akan memulihkan kondisi Bumi dan kehidupan umat manusia. Oleh karena itu, hal inilah yang akan menjadi kesaksian bagi semua bangsa, barulah akhir sistem dunia ini berakhir . Melalui Yesus itulah Tuhan menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Latar Belakang
Jika Injil Markus ditulis untuk orang Romawi dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi, maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi.
Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk:
  1. ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat Perjanjian Lama (PL) untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
  2. hal merunut garis silsilah Yesus, bermula dari Abraham (Matius 1:1-17);
  3. pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Matius 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
  4. penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung, dan
  5. petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (misalnya Matius 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20). Secara umum, kitab ini bertemakan Yesus, Raja Mesianis.

Waktu penulisan dan Tema
Dalam Injil ini hanya terdapat sedikit fakta yang dapat menunjukkan kapan tulisan ini dibuat; sehingga tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Beberapa ahli konservatif memiliki alasan kuat untuk memperkirakan bahwa ia ditulis sebelum Yerusalem dihancurkan, antara tahun 60 sampai 65, ketika Matius berada di Palestina atau Antiokia di Siria, meskipun ada pakar liberal yang memperkirakan antara tahun 180 dan 200. Semua ahli sepakat bahwa tulisan-tulisan Ignatius merujuk, namun tidak mengutip langsung Injil Matius, yang berarti Injil ini sudah selesai ditulis pada awal abad ke-2 Masehi.
Penemuan naskah-naskah papirus, "The Oxford Papyri", oleh Prof. Casten Peter Thiede, memberi bukti kuat bahwa Injil Matius ditulis sebelum tahun 65 M. Di antara naskah-naskah tersebut ditemukan 3 lembar yang berisi ayat-ayat dari Injil Matius pasal 26, tentang pengurapan Yesus di rumah Simon, orang lepra di Betania, dan pengkhianatannya oleh Yudas Iskariot. Di antara naskah-naskah itu juga ditemukan surat dari seorang petani bernama Harmiysis yang mengajukan banding pada pengadilan Romawi untuk menambah jumlah ternaknya dengan menyebut tanggal "tahun ke-12 kaisar Nero, Epeieph 30." atau pada penanggalan Gregorian, 24 Juli 65/66 M.
Bahasa penulisan
Catatan para bapa gereja mengindikasikan bahwa Injil Matius awalnya ditulis dalam bahasa Aram/bahasa Ibrani, yaitu bahasa sehari-hari pada zaman itu di Israel, dengan tulisan Ibrani. Kemudian Matius juga membuat terjemahan bahasa Yunani yang dikenal saat ini.
  • Pada tahun 130-an, Papias, uskup di Hieropolis di Asia Minor, menulis, "Matius menyusun perkataan-perkataan-Nya [Tuhan] dalam bahasa Aram, dan setiap orang menerjemahkannya sebisanya"
  • Sekitar tahun 180 Irenaeus dari Lyons menulis bahwa:
Maka Matius menerbitkan suatu Injil tertulis di antara orang-orang Ibrani dalam bahasa dialek mereka, sementara Petrus dan Paulus mengabarkan (Injil) di Roma dan meletakkan dasar Gereja. Setelah keberangkatan (kematian) mereka, Markus, murid dan penerjemah Petrus, juga menyerahkan kepada kita dalam tulisan apa yang dikotbahkan Petrus. Juga Lukas, teman seperjalanan Paulus, mencatat dalam satu kitab, Injil yang disampaikan kepadanya. Setelahnya, Yohanes, murid Tuhan, yang pernah pula bersandar di dada-Nya, menerbitkan sendiri sebuah Injil selama Ia tinggal di Efesus di Asia.
  • Beberapa waktu setelah tahun 244 peneliti Kitab Suci, Origen menulis, "Di antara empat Injil, yaitu yang tak terbantahkan dalam Gereja Allah di kolong langit, aku mempelajari dari tradisi bahwa yang pertama ditulis oleh Matius, yang pernah menjadi pemungut cukai, tetapi kemudian menjadi rasul Yesus Kristus, dan [Injil] itu dipersiapkan untuk orang yang beralih kepercayaan (converts) dari Yudaisme dan menerbitkannya dalam bahasa Ibrani."
  • Eusebius sendiri menyatakan bahwa "Matius mulai dengan mengabarkan (Injil) kepada orang Ibrani, dan ketika ia membulatkan tekad untuk pergi ke orang-orang (bangsa) lain juga, ia menurunkan Injilnya sendiri dalam tulisan bahasa asalnya (bahasa Aram), supaya bagi mereka yang akan ditinggalkannya kekosongan yang diakibatkan oleh kepergiannya dapat diisi dengan apa yang ditulisnya." Namun, Eusebius juga menyatakan bahwa Matius menerjemahkan Injilnya ke dalam bahasa Yunani: "Karena di satu sisi penginjil Matius menyampaikan Injil dalam bahasa Ibrani. Di sisi lain, setelah mengubahnya ke dalam bahasa Yunani, ia mengatakan ‘waktu menjelang fajar pada hari Tuhan, setelah berakhirnya Sabat.' Jadi, Matius menyebut waktu menjelang fajar hari Tuhan, ‘setelah berakhirnya Sabat-sabat [jamak]’ bukannya mengatakan ‘sore hari Sabat’, maupun ‘setelah Sabat [singular]. Selain itu Eusebius juga menulis:
"Kata-kata, ‘Allahku, sendengkanlah telingamu untukku, mengapa Engkau meninggalkan aku?’ diucapkan pada permulaan Mazmur (Mazmur 22), dicatat oleh Matius sebagai telah dikatakan oleh Juruselamat kita pada waktu kesengsaraan-Nya: ‘Dan pada jam keenam (jam 12 siang), kegelapan menyelimuti seluruh bumi sampai jam kesembilan (jam 3 siang), dan pada jam kesembilan Yesus berkata dengan suara nyaring, Eloim, Eloim, lama sabachthani, dengan kata lain, dapat diterjemahkan, Allahku, Allahku, mengapa Engkau menginggalkan Aku?’”

Ciri-ciri Injil Matius
Tujuh ciri utama menandai Injil ini:
  1. Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
  2. Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
  3. Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus:
  4. Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan Perjanjian Lama jauh lebih banyak daripada kitab lain di Perjanjian Baru.
  5. Kerajaan Sorga/Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di Perjanjian Baru.
  6. Matius menekankan:
    • standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (Mat 5-7)
    • kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
    • kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
  7. Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Tujuan
Matius menulis Injil ini
  1. untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
  2. untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang dinubuatkan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama, yang sudah lama dinantikan, dan
  3. untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa:
  1. Hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis (yang akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi.
  2. Hanya pada akhir zaman, Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Injil Matius sebagai Injil yang pertama kali ditulis
Selama 1500 tahun pertama Kekristenan, Gereja secara mutlak meyakini bahwa keempat Injil itu dalam sejarahnya ditulis sesuai urutan yang didapati dalam kanon Alkitab: Matius yang pertama, Markus kedua, Lukas ketiga, dan Yohanes yang terakhir dari semuanya. Alasan mempercayai bahwa Injil Matius ditulis terdahulu cukup sederhana: kesaksian dari para saksi kuno yang menegaskan bahwa Injil Matius yang pertama ditulis dan juga ditulis dalam bahasa Ibrani/Aram. Santo Agustinus menulis demikian.
"Maka, keempat penulis Injil tersebut yang namanya mendapatkan penyebaran yang menakjubkan ke seluruh dunia, dan yang jumlahnya telah ditetapkan hanya empat, ... diyakini telah menulis dalam urutan sebagai berikut: pertama Matius, kemudian Markus, ketiga Lukas, terakhir Yohanes."
"Dari keempatnya, jika benar, hanya Matius yang dicatat telah menulis dalam bahasa Ibrani; yang lain dalam bahasa Yunani. Dan bagaimanapun mereka nampaknya masing-masing memegang urutan pengisahan tertentu, hal ini tentunya tidak dapat dianggap bahwa masing-masing penulis memilih untuk menulis dengan mengacuhkan apa yang telah dilakukan para pendahulunya.
Ada pula alasan lain mengapa Matius mungkin merupakan yang pertama menuliskan Injil Kristus - ia memiliki kertas dan tinta! Para Rasul lain kebanyakan adalah para nelayan. Matius adalah seorang pemungut cukai, artinya ia merupakan pencatat pembukuan dan akuntan keuangan. Pada masa di mana penulisan, kertas perkamen, dan tinta adalah komoditi langka, sangat tepat jika seorang Rasul yang mempunyai akses pada hal-hal tersebut merupakan yang pertama menuliskan riwayat kehidupan Kristus.

Keaslian Injil Mathius.

Injil pertama dalam Perjanjian Baru  adalah injil karangan Matius. Seperti halnya injil-injil lainnya,sering ditegaskan bahwa Matius itu adalah salah seorang muridnya Yesus.Tetapi tidak ada data atau sumber yang otentik lagi dipercaya,yang mampu memberikan bukti sejarah yang menyatakan bahwa injil Matius itu adalah karangan dari seorang Matius yang menjadi salah satu muridnya Yesus.Keterangan paling jelas mengenai identitas Matius hanya terdapat dalam pasal 9:9 atau 10:3 , di mana di sana pula kontroversi muncul akibat penyebutan tokoh Matius seakan-akan sebagai orang kedua diluar penulis. Dalam ayat tersebut Matius digambarkan sebagai seorang pemungut cukai yang bekerja untuk kekaisaran Romawi, selanjutnya ia tertarik ajakan Yesus untuk menjadi muridnya (Mat 9 : 9).
Lewi yang kemungkinan adalah nama lain Matius beberapa kali disebutkan dalam injil sinoptik lain seperti Lukas atau Markus, tetapi tidak ada keterangan yang menyebutkan bahwa Yesus pernah mengganti nama Lewi menjadi Matius (artinya “Hadiah dari Tuhan”),seperti halnya saat ia mengganti nama Simon menjadi Cephas. Tidak ada alasan bagi Yesus untuk mengubah nama Yahudi murid-Nya menjadi nama Romawi. Yesus tidak pernah mengganti nama Simon menjadi Petrus, ia menggantinya dengan nama “Cephas” yang artinya batu. Orang Romawi-lah yang menyebutnya sebagai Peter atau Petrus. Adalah suatu keganjilan melihat pilihan penulis Injil Matius untuk lebih memilih menggunakan nama “Matius” alih-alih nama “Lewi” yang lebih familiar di kalangan Yahudi. Penulis Injil Markus dan lukas yang menunjukan karyanya bagi orang gentile (romawi) bahkan lebih memilih menggunakan nama “Lewi” bukanya “Matius” (Markus 2:14, Luk. 5:27).

Sebagai muridnya Yesus, Matius tentu saja akan terbiasa atau setidaknya tidak akan sembarangan menggunakan Perjanjian Lama (PL), persoalan akan timbul bila kita memperhatikan adanya kesalahan dalam perujukannya terhadap Perjanjian Lama dalam karyanya. Ditambah dengan adanya keparalelan antara Injil Matius dengan Injil Markus membuat beberapa sarjana beranggapan bahwa Matius hanya menggunakan (bahkan menjiplak) karya Markus, yang jelas-jelas bukan seorang murid Yesus. Kita patut mempertanyakan apa gunanya bagi seorang Matius, yang juga seorang murid Yesus, saat menggunakan sumber Markus yang tidak kompeten karena dihasilkan oleh orang di luar lingkaran kerasulan (Murid-murid Yesus) ?
Seorang murid Yesus sebenarnya dapat dengan leluasa menggunakan sumber paling terpercaya yaitu gurunya sendiri (Yesus) sebagai referensi penulisan yang utama, ia sepatutnya menjadi seorang sekretaris berjalan yang senantiasa mencatat segala perkataan maupun perbuatan gurunya tanpa perlu menggunakan sumber lain.

Selain hal-hal di atas, keterangan mengenai pribadi matius tampaknya tidak diketahui. Beberapa tradisi mengatakan bahwa Matius menjadi Martir di ethiopia, sedangkan lainnya mengatakan bahwa ia menjadi Martir di hierapolis. Menurut ephipanus (uskup cyprus), Matius sang evangelis Martir di hierapolis, sedangkan Matius pengganti Judas escariot menjadi Martir di ethiopia. Bukan hanya terhadap Matius, keterangan-keterangan mengenai para penulis Perjanjian Baru (PB), atau bahkan kehidupan sahabat-sahabat Yesus sangatlah kurang, seakan-akan ada suatu pihak yang sengaja menutupinya.
Injil ini pada dasarnya itu adalah anonim, adalah keputusan para bapak gereja awal yang menisbatkan penulisannya kepada Matius. Bapak gereja awal tertua yang pernah membicarakan nama Matius adalah papias, dalam karyanya disebutkan mengenai Matius pemungut cukai yang mengumpulkan perkataan (logia) Yesus dalam bahasa Ibrani.

 Pendapatnya ini diriwayatkan kembali oleh irenaeus, eusebius, dan origen. Kesulitan muncul saat menerjemahkan pernyataan papias tersebut, apakah Matius benar-benar mengumpulkan perkataan Yesus (logia) lalu menuliskannya dalam bentuk injil, atau logia tersebut hanya berbentuk tradisi oral yang biasa digunakan pada pertemuan-pertemuan atau ceramah-ceramah di kalangan umat Kristen awal ? Walau pernyatan papias mungkin benar, beberapa sarjana modern belum langsung mempercayainya. Terutama saat papias menyebutkan bahwa Matius mengumpulkan logia dalam bahasa Ibrani, sedangkan menurut mereka injil Matius pertama kali ditulis dalam bahasa Yunani. Salah satu kemungkinan lain adalah adanya perbedaan antara apa yang dibicarakan papias dengan injil Matius yang ada saat ini. Siapakah yang berani menjamin bahwa karya Matius yang disebutkan papias seratus persen sama dengan Injil Matius yang ada saat ini? James Hastings secara tegas mengatakan,bahwa :
“Ibrani atau bukan,tidak ada keraguan dari pertimbangan-pertimbangan apriori maupun dari bukti internal tentang injil-injil yang berbahasa yunani.Bahwa telah berlangsung suatu rekaan dari pihak gereja,tentang suatu injil dalam bahasa ibrani seperti yang kemudian secara umum diucapkan didaerah yudea.”
 Kaum kristen terdahulu yang membaca injil ini mungkin langsung mempercayai kepenulisan Matius, sedangkan sarjana kristen modern seperti davidson, julicher dan baljon, tidak ragu-ragu menyangkal pendapat tradisional tersebut atas dasar berikut :
1. Injil ini terlalu banyak memuat hal-hal yang bersifat legenda dan mengada-ada seperti kisah pembantaian anak-anak (Pasal 2), kisah perjalanan Yesus ke Yerusalem yang mengendarai dua hewan, kepergian Yusuf ke Mesir, kisah fantastis yang menyertai kematian Yesus (27: 52 ) dan lan-lain.
2.  Materi injil ini sangat mirip dengan injil Markus.Dengan kata lain Matius hanya menulis kembali karya markus dengan sedikit modifikasi, walaupun kita tentu tidak bisa menutup kemungkinan lain. Hal ini tentu secara tidak langsung menyebutkan, bahwa penulis injil Matius bukanlah seorang saksi mata atas kehidupan Yesus. Walaupun Matius tampaknya menggunakan sumber dari Markus sebagaimana dengan Lukas, tapi tidak selamanya Matius sejalan dengan markus.
3. Penulis injil tidak menggunakan kata ganti orang pertama yang mengindikasikan bahwa ia bukanlah saksi mata.Mat 9 : 9 = “Setelah yesus pergi dari situ, ia melihat seorang yang bernama matius duduk di rumah cukai, lalu ia berkata kepadanya: “Ikutlah aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.” Ayat tersebut merupakan satu-satunya ayat yang memuat kata “Matius”. Melalui penggunaan kata matius didalamnya, dapat kita simpulkan bahwa penulisnya tidak berbahasa ibrani. Bila ia seorang yahudi, ia tentu lebih memilih nama “levi” daripada “Matius”. Dan apabila Matius benar-benar menulis injil ini, redaksi kata dalam ayat tersebut harus diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : “Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat (ku) duduk di rumah cukai, lalu ia berkata kepada (ku): “Ikutlah aku.” Maka (aku) berdiri lalu mengikut Dia.” Sayangnya ayat dengan kalimat seperti itu tidak pernah ada. Apabila sejak awal penulis Injil Matius melakukan hal tersebut, setidaknya ia tidak akan meninggalkan polemik berkepanjangan mengenai status penulisan Injilnya.



Kesimpulan


Injil Matius adalah satu di antara empat Injil Perjanjian Baru. Injil ini cerita tentang kabar baik, melalui Kerajaan Allah inilah Yesus Kristus akan memulihkan kondisi Bumi dan kehidupan umat manusia. Oleh karena itu, hal inilah yang akan menjadi kesaksian bagi semua bangsa, barulah akhir sistem dunia ini berakhir . Melalui Yesus itulah Tuhan menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar