Laporan Bacaan
Nama : Dermas Takela
Nim : 3634.32
Prodi : Theologi
Judul Buku : Memahami Simbol-Simbol Dalam Liturgi.
pengarang : E. Martasudjita, Pr
Penerbit : ‘Kanisius

Manusia
Sebagai Simbol Liturgis
Manusia
sendiri adalah makhluk simbolis. Manusia mengungkapkan dan melaksanakan dirinya
dalam bentuk simbol. Maka, umat yang beriman yang berkumpul untuk merayakan liturgy sudah merupakan
simbol sendiri. Gerak perjumpaan orang-orang yang berkumpul dari berbagai
kelompok, suku, tingkatan, dan keluarga mengungkapkan tindakan Allah yang
mempersatukan semua orang.
1. Kegiatan
Inderawi.
Mendengarkan, melihat, menyentuh, Merasakan,
mencium dan membau.
2. Gerakan
Dan Bahasa Badan
Gerakan dan bahasa badan menjadi simbol
liturgis yang pentik. Dalam hal ini ada aneka macam: brjalan, berdiri, duduk,
berlutut dan membangkuk, meniarap, tangan terkatup-terangkat dan terentang,
penumpangan tangan, tanda salib dan berkat, menempuk dada, ciuman dan jabatan
tangan, pembasuhan tangan.
Semua tindakan ini memiliki makna liturgis dan
melambangkan sesuatu dalam rangka pengungkapan peristiwa perjumpaan Allah dan
manusia dlam liturgy.
Benda-Benda
Sebagai Simbol Liturgis
Manusia
menggunakan segala sesuatu, termasuk segala benda di luar dirinya, untuk mengungkapkan
diri dan relasinya. Demikian pula, liturgy menggunakan benda-benda
non-manusiawi untuk mengungkapkan misteri perjumpaan Allah dan umat beriman
dalam Kristus. Yang pertama ialah unsure alamiah.
1. Benda-benda
Alamiah
Unsur-unsur alam yang digunakan dalam liturgi
dipandang sebagai karunia Allah, sang pencipta. Dengan bahan atau hal-hal yang
masih alami, seperti masih asli sesuai penciptaan dan belum ddicemari oleh
manusia itu, liturgy merayakan iaman akan Allah Sang pemberi hidup, yang menganugrahkan
kehidupan dan keslamatan ini. Unsur-unsur alami ini dengan baik juga
melambangkan rasa syukur, terimah kasih, dan sekaligus ungkapan persembahan
diri yang murni bagi Allah.
a. Roti
dan Anggur dipandang sebagai symbol liturgy dari benda alamiah, walaupun roti
dan anggur sudah merupakn olahan tangan manusia (I Kor. 10:17).
b. Air
merupakan salah satu unsur alam yang secara mutlak dibutuhkan oleh setiap
makhluk hidup. Tanpa air, maka tidak ada kehidupan. Air yang digunakan untuk
berbagai macam perayaan liturgy memilki makna sibolis: untuk mengungkapkan
pemberssihan dosa dan penganugerahan keslamatan dan hidup baru.
c. Minyak
yang digunakan dalam liturgy pada umumnya adalah minyak yang dibuat dari pohon
zaitun. Minyak dipakai untuk melambangkan daya kuasa Allah yang menyembuhkan
(Yak. 5:14).
d. Api
dan Terang disinarkan oleh apai merupakan symbol yang bermakna. Pada umumnya
api melambangkan sumber kehangatan, penerang, dan pembersihan.
e. Dupa
Ratus dan Bahan Wangi-wangian .
f. Garam
dipakai untuk symbol pembersihan (Im. 2:13; 2Raj. 2:20-22).
g. Abu
dipakai untuk mengungkapkan rasa tobat dan penyesalan karena manusia mengakui
kerapuhan dan keemahannya (Yunus 3:6).
2. Benda-benda
buatan
Berbagai alat liturgy yang kita kenal
sekarang ini pada mulanya sungguh-sungguh merupakan berbagai macan alat yang
bisa digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Sebagai alat liturgy, benda-benda
itu dihiasi secara khusus dan indah sesuia martabatnya bagi penguddusan manusia
dan pemuliaan Allah.
Berbagai alat-alat litugi yang penting ialah: piala, patena,
korporal, kain piala, sendok kecil dan ceret kecil.
Pakaian
Liturgi
Pakaian
liturgy berfungsi untuk:
1. Tugas
pelayan,
2. menonjolkan
sifat meriah pesta perayaan liturgy dan
3. melambangkan
kehadiran Yesus Kristus, subjek utama liturgy.
a. Alba
adalah semacam jubah panjang.
b. Single
merupakan tali ikat pinggang panjang yang digunakan untuk mengikat Alba/jubah
yang terlalu panjang dan stola.
c. Amik
merupakan penutup leher yang berbentuk segi empat dimana kedua ujungnya diberi
tali.
d. Stola
pada mulanya stola merupakan tanda pangkat jabatan dalam kekaisaran romawi.
Kini stola hanya digunakan oleh orang-orang yang ditabiskan, yaitu uskup, imam
atau diakon.
e. Kasula
merupakan pakaian liturgy resmi yang dipakai paling bagian paling atas. Aslinya
kasula merupakan pengganti toga orang romawi kuno.
f. Dalmanik
biasa digunakan oleh diakon.
g. Superpli
h. Pluviable
i. Velum
digunakan oleh imam atau diakon untuk menyelubungi pegangan monstran yang
beriisi sakramen Mahakudus dalam rangka prosesi sakramen mahakudus atau
pemberkatan umat dengan sakramen mahakudus.
j. Palium
hanya dipakai oleh paus dan uskup-uskup agung dalam perayaan liturgy meriah.
Warna
Liturgi
1. Putih
dan Kuning dikaitkan dengan makna sebagaimana liturgy baptisan si baptisan bari
biasa mengenakan pakaian putih. Warna putih dipandang sebagai symbol kemurnian
dan warna kuni di pandang sebagai symbol keabadian.
2. Merah
merupan warna api dan darah.
3. Hijau
melambangkan keheningan, kontemplatif, ketenangan, kesegaran, dan harapan,
warna ini dipilih untuk masa biasa dalam liturgy sepanjang tahun.
4. Ungu
merupakan symbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati, dan
mawas diri.
5. Hitam
merupakan lawan warna putih dan melambangkan ketiadaan, kegelapan, pengurbanan,
malam, kematian dan kerajaan orang mati.
Ruang
Liturgi
Makna
ruang liturgy harus dibaut sedemikian rupa, agar tata gerak pelaksanaan fungsi
dan peranserta itu dimungkinkan dan di permudah.
Pembangunan
gedung gereja atau pembentukan ruang liturgy sebaiknya mengikuti tiga prnsip,
yaitu prinsip kesatuan, prinsip fungsi dan peranserta dan prinsip simbolisme.
Waktu
Liturgi
Waktu
Liturgi melambangkan misteri sejarah keslamatan Allah yang memuncak dalam
Misteri Paskah Yesus Kristus. Tata waktu liturgy tanpa jelas dalam pengaturan
tahun liturgy, yang dibuka dengan minggu adven I, memuncak dalam perayaan
Paskah dan diakhiri dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Sebagai pilar
penyangga tahun liturgy adalah Natal dan Paskah. Kedua hari raya itu didahului
dan diakhiri dengan masa khusus.
Musik
Liturgi
Manusia
tidak bisa melepaskan diri dari musik. Liturgi gereja juga sejak awal mula
tidak dapat melepaskan diri dari musik. Musik liturgy, music gereja termasuk
salah satu unsur dan bentuk ungkapan liturgy.
Musik
memiliki tempat atau kedudukan yang sangat pentting dalam liturgy. Pentingnya
musik liturgy ini dapat kita lihat berdasarkan konstitusi liturgy vitikan II
yang memberi satu bab tersendiri untuk menjelaskan musik liturgy. Berdasarkan
paham vatikan II itu, kita dapat merumuskan tempat musik dalam beberapa poin,
yaitu:
1.
Dimensi litrugis: musik merupakn bagian
liturgy sendiri yang penting dan integral.
2.
Dimensi eklesiologis: musik mengungkapkan
peranserta umat secara aktif.
3.
Dimensi kristologis: Musik memperjelas
misteri kriistus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar