Jumat, 18 Maret 2016

Laporan Bacaan Liturgi Dermas GT

Laporan Bacaan
Nama                : Dermas Takela
Nim                   : 3634.32
Prodi                 : Theologi
Judul Buku      : Memahami Simbol-Simbol Dalam Liturgi.
pengarang       : E. Martasudjita, Pr
Penerbit           : ‘Kanisius
Jmlh hal           : 76

Manusia Sebagai Simbol Liturgis
Manusia sendiri adalah makhluk simbolis. Manusia mengungkapkan dan melaksanakan dirinya dalam bentuk simbol. Maka, umat yang beriman yang berkumpul  untuk merayakan liturgy sudah merupakan simbol sendiri. Gerak perjumpaan orang-orang yang berkumpul dari berbagai kelompok, suku, tingkatan, dan keluarga mengungkapkan tindakan Allah yang mempersatukan semua orang.
1.    Kegiatan Inderawi.
Mendengarkan, melihat, menyentuh, Merasakan, mencium dan membau.
2.    Gerakan Dan Bahasa Badan
Gerakan dan bahasa badan menjadi simbol liturgis yang pentik. Dalam hal ini ada aneka macam: brjalan, berdiri, duduk, berlutut dan membangkuk, meniarap, tangan terkatup-terangkat dan terentang, penumpangan tangan, tanda salib dan berkat, menempuk dada, ciuman dan jabatan tangan, pembasuhan tangan.
Semua tindakan ini memiliki makna liturgis dan melambangkan sesuatu dalam rangka pengungkapan peristiwa perjumpaan Allah dan manusia dlam liturgy.

Benda-Benda Sebagai Simbol Liturgis
Manusia menggunakan segala sesuatu, termasuk segala benda di luar dirinya, untuk mengungkapkan diri dan relasinya. Demikian pula, liturgy menggunakan benda-benda non-manusiawi untuk mengungkapkan misteri perjumpaan Allah dan umat beriman dalam Kristus. Yang pertama ialah unsure alamiah.
1.    Benda-benda Alamiah
Unsur-unsur alam yang digunakan dalam liturgi dipandang sebagai karunia Allah, sang pencipta. Dengan bahan atau hal-hal yang masih alami, seperti masih asli sesuai penciptaan dan belum ddicemari oleh manusia itu, liturgy merayakan iaman akan Allah Sang pemberi hidup, yang menganugrahkan kehidupan dan keslamatan ini. Unsur-unsur alami ini dengan baik juga melambangkan rasa syukur, terimah kasih, dan sekaligus ungkapan persembahan diri yang murni bagi Allah.
a.    Roti dan Anggur dipandang sebagai symbol liturgy dari benda alamiah, walaupun roti dan anggur sudah merupakn olahan tangan manusia (I Kor. 10:17).
b.    Air merupakan salah satu unsur alam yang secara mutlak dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup. Tanpa air, maka tidak ada kehidupan. Air yang digunakan untuk berbagai macam perayaan liturgy memilki makna sibolis: untuk mengungkapkan pemberssihan dosa dan penganugerahan keslamatan dan hidup baru.
c.    Minyak yang digunakan dalam liturgy pada umumnya adalah minyak yang dibuat dari pohon zaitun. Minyak dipakai untuk melambangkan daya kuasa Allah yang menyembuhkan (Yak. 5:14).
d.    Api dan Terang disinarkan oleh apai merupakan symbol yang bermakna. Pada umumnya api melambangkan sumber kehangatan, penerang, dan pembersihan.
e.    Dupa Ratus dan Bahan Wangi-wangian .
f.     Garam dipakai untuk symbol pembersihan (Im. 2:13; 2Raj. 2:20-22).
g.    Abu dipakai untuk mengungkapkan rasa tobat dan penyesalan karena manusia mengakui kerapuhan dan keemahannya (Yunus 3:6).
2.    Benda-benda buatan
Berbagai alat liturgy yang kita kenal sekarang ini pada mulanya sungguh-sungguh merupakan berbagai macan alat yang bisa digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Sebagai alat liturgy, benda-benda itu dihiasi secara khusus dan indah sesuia martabatnya bagi penguddusan manusia dan pemuliaan Allah.
Berbagai alat-alat litugi yang penting ialah: piala, patena, korporal, kain piala, sendok kecil dan ceret kecil.

Pakaian Liturgi
Pakaian liturgy berfungsi untuk:
1.    Tugas pelayan,
2.    menonjolkan sifat meriah pesta perayaan liturgy dan
3.    melambangkan kehadiran Yesus Kristus, subjek utama liturgy.
a.    Alba adalah semacam jubah panjang.
b.    Single merupakan tali ikat pinggang panjang yang digunakan untuk mengikat Alba/jubah yang terlalu panjang dan stola.
c.    Amik merupakan penutup leher yang berbentuk segi empat dimana kedua ujungnya diberi tali.
d.    Stola pada mulanya stola merupakan tanda pangkat jabatan dalam kekaisaran romawi. Kini stola hanya digunakan oleh orang-orang yang ditabiskan, yaitu uskup, imam atau diakon.
e.    Kasula merupakan pakaian liturgy resmi yang dipakai paling bagian paling atas. Aslinya kasula merupakan pengganti toga orang romawi kuno.
f.     Dalmanik biasa digunakan oleh diakon.
g.    Superpli
h.    Pluviable
i.      Velum digunakan oleh imam atau diakon untuk menyelubungi pegangan monstran yang beriisi sakramen Mahakudus dalam rangka prosesi sakramen mahakudus atau pemberkatan umat dengan sakramen mahakudus.
j.      Palium hanya dipakai oleh paus dan uskup-uskup agung dalam perayaan liturgy meriah.

Warna Liturgi
1.    Putih dan Kuning dikaitkan dengan makna sebagaimana liturgy baptisan si baptisan bari biasa mengenakan pakaian putih. Warna putih dipandang sebagai symbol kemurnian dan warna kuni di pandang sebagai symbol keabadian.
2.    Merah merupan warna api dan darah.
3.    Hijau melambangkan keheningan, kontemplatif, ketenangan, kesegaran, dan harapan, warna ini dipilih untuk masa biasa dalam liturgy sepanjang tahun.
4.    Ungu merupakan symbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati, dan mawas diri.
5.    Hitam merupakan lawan warna putih dan melambangkan ketiadaan, kegelapan, pengurbanan, malam, kematian dan kerajaan orang mati.

Ruang Liturgi
Makna ruang liturgy harus dibaut sedemikian rupa, agar tata gerak pelaksanaan fungsi dan peranserta itu dimungkinkan dan di permudah.
Pembangunan gedung gereja atau pembentukan ruang liturgy sebaiknya mengikuti tiga prnsip, yaitu prinsip kesatuan, prinsip fungsi dan peranserta dan prinsip simbolisme.

Waktu Liturgi
Waktu Liturgi melambangkan misteri sejarah keslamatan Allah yang memuncak dalam Misteri Paskah Yesus Kristus. Tata waktu liturgy tanpa jelas dalam pengaturan tahun liturgy, yang dibuka dengan minggu adven I, memuncak dalam perayaan Paskah dan diakhiri dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Sebagai pilar penyangga tahun liturgy adalah Natal dan Paskah. Kedua hari raya itu didahului dan diakhiri dengan masa khusus.

Musik Liturgi
Manusia tidak bisa melepaskan diri dari musik. Liturgi gereja juga sejak awal mula tidak dapat melepaskan diri dari musik. Musik liturgy, music gereja termasuk salah satu unsur dan bentuk ungkapan liturgy.
Musik memiliki tempat atau kedudukan yang sangat pentting dalam liturgy. Pentingnya musik liturgy ini dapat kita lihat berdasarkan konstitusi liturgy vitikan II yang memberi satu bab tersendiri untuk menjelaskan musik liturgy. Berdasarkan paham vatikan II itu, kita dapat merumuskan tempat musik dalam beberapa poin, yaitu:
1.         Dimensi litrugis: musik merupakn bagian liturgy sendiri yang penting dan integral.
2.         Dimensi eklesiologis: musik mengungkapkan peranserta umat secara aktif.

3.         Dimensi kristologis: Musik memperjelas misteri kriistus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar