Laporan Bacaan

Nama : Dermas Takela
Nim : 3634.32
Prodi : Teologi
Mata Kuliah : Teologi PL 2
Dosen : Dr. Ruben Nesimnasi, M.Th
SEKOLAH TINGGI
TOELOGI “IKAT” JAKARTA
2017
1.
PENYING
– KAPAN DIRI ALLAH
Penyingkapan
diri : Dasar penyingkapan dalam Perjanjian Lama.
Titik pusat penyingkapan Allah dalam Perjanjian Lama
pastilah penyingkapan diri Allah sendiri kepada umatnya penyingkapan tentang
pribadi dan sifat Allah mendahului dan menjelaskan pengungkapan
maksud-maksudnya dalam tahun-tahun belakang ini, para ahli perjanjian lama
telah menekankan tentang penyingkapan Allah dalam kerajaannya yang perkasa,
yang pasti memberikan kepada kita suatu pandangan yang lebih mendalam tentang
sifatnya sebenarnya dari penyingkapan perjanjian lama. Allah tidak menyatakan
dirinya dengan gagasan saja, tetapi didalam dan melalui kejadia-kejadian yang
diartikan dengan perantaraan para nabinya.
Contoh-contoh utama
penyingkapan Allah.
a. Kejadian
12 diskusi tentang penyingkapan diri Allah secara tepat dimulai dengan Kejadian
12. Ketika Allah memanggil Abraham untuk meninggalkan negri dan sanak
saudaranya dan pergi kesuatu tempat yang akan ditunjukan kepadanya ayat pertama
langsung dimulai dengan perintah.
b. Kejadian
15 dan 17 dalam pasal-pasal ini Allah datang lagi kepada Abraham untuk
menetapkan perjanjiannya secara formal. Dalam kejadian 15:1 Allah berjanji
menjadi perisai bagi Abraham dan kejadian 17:1 Allah mendentifikasikan dirinya
dengan nama El saddai. Tidak pernah ada kesempatan berssama mengenai asal usul
atau arti dasar nama ini. Namun, arti nama ini barangkali berpusat pada
kekuasan Allah dibandingkan ketidak berdayaan manusia. Tersirat didalamnya pengertian
bahwa Allah itu cukup bagi mereka setelah mengidentifikasikan diri, Allah
memberikan perintah ini, “hiduplah dihadapanku dengan tidak bercelah (kejadian
17:1)”.
c. Kejadian
28:13 arti nama Allah terlihat dalam acuan terhadap penyingkapan diri Allah
berikut yang terdapat dalam kejadian 28. Isini Yakub mimpi melihat sebuah
tangga yang ujungnya sampai dillangit dan Allah berdiri diatasnya serta
berfirman “ Akulah Tuhan, Allah Abraham nenek moyangmu dan Ishak, pada nama
Allah ini dicantumkan dengan Abraham. Ia adalah Allah yag telah menyatakan
dirinya kepada ayah dan nenek Ayub. Lalu Allah memberikanjanji yang meerupakan pengulangan
janji yang terdahulu : Aku akan memberikan tanah ini kepadamu.
d. Keluaran
3 disini kita sampai kepada saat – saat yang paling mencolok dan menentukan
dalam penyingkapan diri Allah. Dalam kejadian 3:2 Allah menampakan diri sebagai
“malaikat Tuhan” nanti kita akan melihat di bawah – bawah kadang – kadang Allah
menampakan diri melalui seseorang penengah dan kadang – kadang secara langsung,
meskipun karena dosa, pertemuan muka dengan muka secara sempurna tidak mungkin
terjadi dikehidupan seseorang (keluaran 33:32). Tetapi apa pun bentuk serta
penyingkapan yang terjadi adalah nyata.
e. Keluaran
6:1-2 waktu Firaun menolak permintaan Musa, Allah menyakinkannya kembali
tentang kelpasan yang telah dijanjikannya itu. Dan seakan-akan untuk mendukung
janji-janjiNya, IA memperkenalkan DiriNya “Akulah Tuhan (Yahwe). Aku telah
menampakan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai yang Allah kuasa (El
saddai), tetapi dengan namaku Tuhan (yahwe) Aku belum menyatakan diri.
f. Keluaran
19:3 dan 20:1-2 Allah berkata kapada Musa, “kamu sendiri telah melihat apa yang
kau lakukan” (19:4). Penegasan ini membuat beberapa sarjan melihat perubahan
dalam cara penampilan Allah yang semula berapa komunikasi langsung. Pertemuan
pribadi dengan pribadi menjadi penyingkapan melalui tindakan-tindakanya dari
pada melihatnya sebagai suatu perubahan nampaknya lebik baik kita melihatnya
sebagai sutau kemajuan.
Didalam semua penampakan ini, terkesan oleh
kenyataan bahwa saat Allah menampakan diri kepada umatNya, pada saat pula
nampak bahwa Dia transenden, yaitu kepribadianNya berada diluar batas-batas
pengrtian dunia. Kemudian kita melihat yang betul-betul konkret dari
penampakan-penampakan Allah lebih dari enam puluh kali kata kerja yang berarti
“melihat” dipakai dalam hubungan denagn kehadiran Allah.
Kita telah memperhatikan bahwa Allah tidak pernah
perlu perhatikan keberadaanya ketka Ia menampakan dirinya. Manusialah yang
harus membuktikan dirinya, bukan Allah. Kita telah cukup bayak melihat dalam
pemikiran modern bagaimana radikalnya kehidupan serta peranan seseorang
disangsikan apabila Allah diabaikan. Keberadaan Allah adalah suatu tantangan
dan bukan suatu masalah. Dalam penyingkapa diriNya Allah hanya menyatakan bahwa
diri Dia adalah Allah maka Ia akan tutup melaksanakan rancangannya.
2. SIFAT – DASR ALLAH
Sarana
Penyingkapan.
Seperti kita telah lihat
bersaam tidak pernah ada keterangan dalam perjanjian lama perihal dekat dan jauhnya
Allah; lebih tepat dikatan bahwa sifat transenden itulah yang membuat orang
tidak bisa lari dari hadapannya. Dalam pemikiran Ibrani Allah mendiami langit
dan bumi tentu saja hal ini kemudian lebih dipahami perjanjian lama. Namun,
sepanjang perjanjian lama terdapat kepercayaan bahwa Allah muncul dalam setiap
saat dan setiap tempat, meskipun Ia tidak dapat dihubungkan dengan suatu tempat
untuk selama-lamanya. Sementara tidak ada satu tempat pun yang dapat
menahannya, merupakan bukti kebebasannya bahwa Ia dapat menjadikan suatu objek
yang terlihat sebagai saranakehadirannya. Marilah kita melihat bahwa beberapa
sarana penyingkapannya.
a. Malaikat
Tuhan.
Dalam perjanjian lama malaikat Tuhan
satu dan hanya seseorang utusan Allah (kata ibraninya sendiri berarti utusan),
berada dengan Allah sendiri (2Samuel 24:16), atau dapat pula didefenisikan
sebagai Tuhan sendiri yang berbicara sebagai orang pertama (Kejadian 16:7-14;
Habakuk 2:1, 4:6:20-23).
b. Wajah
Allah.
Dalam kisah permintaan Musa untuk
melihat kemuliaan Allah, wajah Allah nampak sebagai kehadirannya yang tampa
sehubung (Keluaran 33:20).
c.
Kemuliaan Allah.
Pikiran pokok tentang kemuliaan dalam perjanjian lama ialah
yang berkenan dengan bobot atau hikmat yang terlihat. Kemuadian manusia adalah
harta miliknya, seorang yang “mulia” adalah seorang yang kaya (Kejadian 31:1).
d.
Antropomorfisme
e. Sekali pun bukan sarana kehadiran Allah
nampaknya telah tibanya adanaya memikirkan pemakaian Antropomorfisme dalam
perjanjian lama. Sering Allah disebutkan (dan menyebut dirinya) dengan
istilah-istilah manusiawi. Allah berfirman (kejadian 3:1) bercakap-cakap
(imamat 4:1) mendengar (keluaran 16:12) melihat (kejadian 1:4) mencium (1
samuel 26:19) mempunyai wajah (bil.6:25) belakang (Kel.33:23) tangan (Yes.
14:27).
Watak Allah.
Ateisme
teoritis (penolakan aktual adanya Allah) tidak dikenal dalam perjanjian lama
bahkan orang babel yang berkata tidak ada Allah (Maz. 14:1) adalah orang ateis
praktis, seorang yang menolak relavansi Allah dalam kehidupannya (Yer/ 5:6).
Perjanjian lama juga tidak berusaha untuk mebuktikan adanya Allah. Orang merasa
bahwa orang percaya pada zaman perjanjian lama mengnganggap segala usaha
seperti itu tak perlu sama sekali. Sebab keberadaan Allah diberitahukan
diseluruh dunia (Maz. 19:2-4).
a. Allah
adalah pribadi.
b. Allah
adalah roh.
c. Allah
itu esa : monoteisme.
Karakter dan kegiatan Allah
Sekarang jelas sudah bahwa sifat
dasar Allah mula-mula terlihat dalam penyingkapan dirinya dan selanjudnya
dilukiskan oleh perbuatan-perbuatannya yang konkret dalam kehidupan umatNya.
Bahkan dalam pujia-pujian mazmur yang paling akbar sekali pun tidak dapat
pernyataan – pernyataan tentang hakikat Allah yang dikalimatkan secara
filosofis. Ketimbangan perenungan abstrak tentang sifat-sifat Allah hanya ada
pengakuan penuh sukur atas pekerjaanya dan penyataan terkenal “biarlah mereka
bersukur kepada Tuhan karena kasih setianya, karena perbuatan-perbuatannya yang
ajaib terhadap anak-anak manusia” (Maz. 107:8,15,21,31).
a. Kekuasaan
Allah.
b. Kedaulatan
Allah.
c. Kebenaran
Allah.
d. Kemurahan
dan pemeliharaan Allah.
3. PENCIPTAAN
DAN PEMELIHARAAN
Penciptaan.
Bahwa perjanjian lam menggambarkan Allah sebagi yang maha
tinggi diseluruh muka bumi. Semasa sekali tidak mengurangi pentingnya ciptaan
dalam pandanga bangsa ibrani. Sesungguhnya justru krn Allah yang membuat dan
berarti. Jelas Allah adalah sumber mutlak segalanya dan kekuatan tunggal
dibelakangnya. Keberadaan dunia adalah bagi penting-pentingnya.
a.
Dengan firman dan perbuatanya.
Berpaling kepada doktrin penciptaan
itu sendiri pertama-pertama kita melihat bahwa Allah menciptakan dunia dengan
firmannya dan pada saat yang sama dengan intervensi langsung.
b. Ex
Nihilo.
Mendasarkan
kata – kata latin ini peneliti alkitab biasanya menyatakan keyakinan mereka
bahwa Allah tidak memakai bahan yang telah ada sebelumnya untuk menciptakan
dunia.
c. Catatan
mengenai dua kisah penciptaan.
Dua
pasal pertama kitab kejadian berisi dua kisah yang saling melengkapi tetang
penciptaan. Yang pertama Kejadia 1:1-24 dianggap oleh para ahli yang kritis
sebagai berasal dari sumber yang belakangan (prestly atau P) sedang yang kedua
kejadian 2:4b-25 berasal dari tradisi (yahwist).
d. Ringkasan:
sifat penciptaan.
Sekali
pun doktrin penciptaan dalam perjanjian lama tidak selau dibuat jelas, ada
beberapa petunjuk yang bagaikan benang menyusup diseluruh lembaran –
lembaranya. Pertama terdapat asumsi bahwa peciptaan itu baik.
Mitos
dan sejarah dalam perjanjian lama.
Amatlah
penting untuk memberikan perhatian pada pertanyaan mengenai mitos dan sejarah
bukan saja karena terdapat petunjuk-petunjuk mengenai mitologi yang tersebar di
perjanjian lama, tetapi yang lebih penting karena begitu banyak orang di Asia
(dan di tempat lain didunia ketiga). Memahami dari mereka sendiri dalam bentuk
mitos. Unsur-unsur dalam alkitab dapat dianggap mitologis selalu menjadi pokok
perubahan yang sangit.
Pemiliharaan
: hubungan
Allah yang berkesinambungan dengan ciptaan.
a. Penyelesaian
ciptaan
b. Pemeliharaan
yang berkesinambungan
c. Tingkat-tingkat
pemeliharaan
4. LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Penciptaan
Laki-laki dan Perempuan.
a. Hubungan
khusus dengan ciptaan.
Laki-laki dan perempuan mahkota ciptaan
mereka diciptakan untuk emerintah. Dalam Kejadian 1:26 dan 2:27penciptaan
laki-laki dan perempuan itu dimulai oleh keputusan yang tegas serta tindakan yang
nyata pada pihak Allah.
b. Hubungan
khusus antara orang-orang.
Manusia diciptakan untuk mengasihi pada
akhirnya hanya seorang manusia lain yang dapat memuaskan kebutuhan – kebutuhan
terdalam dari sifat dasar manusia. Oleh karena itu, Allah menciptakan manusia
laki – laki dan peerempuan (kejadian 1:27).
c. Hubungan
khusus dengan Allah.
Pada akhirnya kedaulatan manusia atas ciptaan
dan gerak hati untuk memberikan diri saling mencintai, berbicara mengenai tujuan
manusia yang lebih tinggi yaitu mengasihi ciptaan mereka.
Watak.
Pertama,
sering kali terdapat pemakaian kata yang stereometrik maksudnya, menunjuk
kepada kata-kata yang paratel dan saling tumpang tindih.
Kedua,
pemakaiaan kata-kata yang sintetis dimana satu bagian tertentu dari tubuh
memiliki seluruh tubuh itu. Bagian tertentu bersama kegitan bagian tubuh
tersebut dipandukan seprti dalam Yesaya 52:7.
Ø Jiwa
(nepes)
Ø Roh
(ruah)
Ø Daging
(basar)
Ø Jantung
/ hati (leb)
Ø Darah
(dam)
Ø Anggota-anggota
tubuh
Ringkasan
Jadi, inilah manusia; ciptaan dalam
kelemahan daging dari debu tetapi dengankapasitas keinginan kapda Allah.
Manusia lemah dan kekurangan, meskipun kekurangandan keterbatasan fisik bukan
halangan untuk hidup bergaul dengan Allah. Malahan – malahan kekurangan ini
berbicara mengenai ketergantungan kepada lingkungan.
5. DOSA
Asal mula dosa : kejatuhan
a.
Batasan persekutuan
Watak yang diciptakan bagi seorang tak perlu dianggap
sebagai penghalang bagi persek dengan Allah; watak itu bukan suatu yang harus
diatasi seperti dalam Filsafat Yunani. Maka ketika Allah selesai dengan
penciptaannya, Ia dapat menyatakannya sebagai anak baik (kejadian 1:31.
b.
Terputusnya persekutuan
Dosa masuk karena suatu keputusan yang secara bebas
diambil oleh Adam dan Hawa dalam Kejadian 3.
c. Perlindungan
persekutuan
Disini
dimulai pada besar penghukuman Allah yang bersifat penebus. Dosa harus
dilakukan, tetapi penghukuman selalu disertai rahmat.
Kosa
kata dalam defisinisi dosa.
Perjanjian
Lama mempunyai beberapa golongan kata yang dipakainya untuk menunjukan
dosa atau pelanggaran.
a. Penyimpangan
b. Kesalahan c. Pemberontakan
Sifat
dosa dala perjanjian Lama yaitu, sifat teologisnya, sifat objektifnya, sifat
yang mpribadi dan sadar dan sifat dosa dan sudah tetap.
Akibat
– akibat Dosa.
a. Bersalah
yaitu, keadaan dapat dikenakan hkuman dari Allah ini bujan semacam kutukan
pembalasan yang otomatis seperti terdapat dalam agama – agama kafir tetapi
keadaan patut menerima disisi yang objektif sebelum menjadi kesadaran yang
subjektif.
b. Hukum
yaitu, Allah pada akhirnya datang sebagai tanggapa yang pasti terhadap dosa
bahwa dosamu itu akan menimpa kamu (bilangan 32:23).
6.
Perjanjian
Perkembanhgan
perjanjian dala perjanjia lama.
1.
Perjanjian dengan Nuh.
Gagasan pernjanjian itu sudah tersirat dalam perjanjian
yang dibuat dengan Adam dan Hawa dalam kejadian 3:15, dan tergambar dalam janji
Allah yang penuh rahmat kepada Kain kejadian 4:15 dengan menaruh tanda padanya
sehingga Ia tidak akan di bunuh oleh si
apa pun, tetapi tempatnya gagasan
perjanjian tidak muncul. Sebelum janji Allah kepada Nuh. Perhatikan bahwa belum
air bah pun Allah telah berfirman kepada Nuh, kejadian 6:18.
2.
Perjanjian dengan Abraham.
Kejadian 15 dan 17 dasar perjanjian ini telah ada dalam
kejadian 12:1-3, ketika Allah memanggil Abraham.
3.
Perjanjian denga Musa Keluaran 3:15.
4. Perjanjian
dengan Daud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar